Pemahat Palestina Menceritakan Perang Gaza dengan Batu

N Zaid - Palestina 21/01/2025
Foto: Ist
Foto: Ist

Oase.id - Ramadan Ahmed, seorang pematung Palestina berusia 64 tahun, telah beralih ke seni untuk mendokumentasikan kenyataan hidup yang menghancurkan di Gaza selama agresi Israel.

Dengan keterampilannya dalam memahat batu, Ahmed berupaya melestarikan pengalaman tragis lebih dari dua juta warga Palestina di Gaza, banyak di antaranya mengalami kesulitan yang signifikan, termasuk hilangnya ribuan nyawa dan hancurnya rumah, masjid, gereja, dan infrastruktur vital.

Ahmed, yang sangat terdampak oleh perang, menceritakan pengalaman pribadinya tentang pengungsian, Al Jazeera melaporkan pada hari Selasa.

Ia dan keluarganya terpaksa meninggalkan rumah mereka di Khan Younis di Gaza selatan selama invasi darat Israel.

Merefleksikan misi artistiknya, ia menggambarkan karyanya sebagai "perlawanan di garis depan artistik," menekankan bahwa perlawanan tidak terbatas pada senjata tetapi juga dapat diekspresikan melalui bakat dan upaya individu untuk menceritakan perjuangan Palestina.

Selama perang, Ahmed menyelesaikan ukiran batu rumit yang menggambarkan penderitaan dan pembantaian yang dialami oleh rakyat Gaza.

Karya seni tersebut menangkap simbol-simbol utama perang genosida, termasuk tembok keamanan Israel, yang memisahkan Gaza dari wilayah pendudukan lainnya. Tembok ini memainkan peran penting selama perang, berfungsi sebagai titik masuk bagi tank dan buldoser Israel dalam serangan darat mereka setelah konflik dimulai pada 7 Oktober 2023.

Di bagian lain, Ahmed memahat lusinan batu menjadi bentuk tenda, yang mewakili tempat penampungan sementara yang menyediakan perlindungan bagi ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi dan terpaksa meninggalkan rumah mereka.

Bagi Ahmed, ekspresi artistik ini bukan hanya tentang mengenang masa lalu tetapi juga tentang menyoroti ketahanan dan semangat abadi rakyat Palestina.

Setelah gagal mencapai tujuannya di Gaza, rezim Israel menerima gencatan senjata yang dimulai pada Minggu pagi, yang setidaknya menghentikan sementara serangan udara dan darat yang tiada henti yang telah menewaskan lebih dari 46.000 warga Palestina sejak 7 Oktober 2024.(iqna)


(ACF)
TAGs: Palestina