Kisah: Pria Ahli Maksiat yang Ternyata Allah Inginkan Dia ke Surga
Oase.id - Siapa yang akan dimasukkan ke surga dan neraka adalah murni hak prerogatif Allah subhanahu wa ta'ala. Itu perkara gaib. Tidak ada seseorang pun yang dapat memastikannya, kecuali Allah lah yang mengizinkannya untuk mengetahui perkara itu.
Kisah menarik dituturkan Ustadz Khalid Basallamah dalam salah satu kajiannya yang ditayangkan di Youtube, tentang seorang ahli surga yang dalam kesehariannya dianggap ahli maksiat oleh masyarakat sekitarnya.
Ustaz Khalid mengatakan bahwa kisah ini cukup mashur di kalangan dai-dai di Makkah, hingga sejumlah dai mengangkat kisah ini dalam majelis mereka.
Dikisahkan, ada seorang alim yang dikenal sebagai tokoh agama di Maroko bermimpi bertemu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dalam mimpi itu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam meminta menyampaikan kabar gembira kepada seseorang, sebut saja fulan bin fulan yang tinggal di Makkah, bahwa ia adalah seorang ahli surga.
Ternyata mimpi itu tidak datang hanya sekali, namun dalam tiga kali berturut-turut. Ulama itu pun gelisah sebab, terdapat hadits yang menyatakan bahwa barang siapa melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam mimpi, maka orang itu benar bertemu dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Sebab setan tidak bisa menyerupai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Ia pun memutuskan untuk berangkat ke Tanah Suci, dengan niat selain umrah ia ingin mencari orang yang disebut-sebut oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam mimpinya itu.
Di Makkah, ulama Maroko itu mencari tahu orang yang dimaksud dengan bertanya kepada orang-orang alim di sana. Sampai akhirnya ia pun diberi tahu untuk datang ke suatu tempat permukiman, karena orang yang dicarinya diduga bertempat tinggal di daerah permukiman tersebut.
Orang saleh itu mendatangi kepala wilayah yang mungkin seperti ketua RT jika di Indonesia. Ia pun menanyakan kepada ketua RT tersebut orang yang ia cari.
Ketua RT tersebut merasa terkejut, ada orang-orang yang alim mencari pria yang disebut itu. Sebab di matanya, orang tersebut sangat berbeda jauh dengan para tamunya, yang dari penampilannya sudah terlihat sebagai orang-orang saleh.
Pria yang dituju, menurut ketua RT itu, adalah orang yang terkenal hidupnya bergelimang kemaksiatan di komunitas itu.
Namun, orang saleh dari Maroko itu tetap menemuinya. Ia pun mendatangi rumah orang tersebut.
Sesampainya di rumah yang dimaksud, orang alim itu menanyakan apakah benar ia bernama fulan dari suku yang ia sebutkan. Orang itu keheranan karena didatangi orang-orang alim tersebut. Ia pun membenarkannya.
Setelah merasa yakin dengan identitas orang tersebut, sama dengan yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam mimpinya, ia pun memberi kabar tentang mimpinya itu.
"Saya ingin menyampaikan berita dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam," kata orang saleh itu.
Pria itu pun kaget. "Berita apa," ia bertanya keheranan.
"Saya si fulan dari Maroko saya bermimpi tiga hari berturut-turut Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyuruh saya menyampaikan berita gembira kepada mu, kalau kau termasuk ahli surga," orang saleh itu menyampaikan kabar itu.
Orang itu pun kaget bukan main. Dia menangis. "Saya?" kata dia.
"Iya," jawab orang saleh itu.
"Demi Allah saya enggak bohong sama kamu. Saya datang dari Maroko jauh-jauh umrah ini hanya untuk bertemu dengan kamu menyampaikan itu," sambungnya.
"Demi Allah. Tidak ada orang lebih buruk dari saya di sini. Bagaimana saya bisa dapat jaminan surga itu," ujar pria itu.
"Saya gak pusing dengan itu cuma saya khusus datang untuk menyampaikan itu dan saya mau tahu amalan apa yang kau lakukan sampai saya tiga hari berturut-turut mimpi bertemu Rasulullah
dan diminta menyampaikan ini," jawab orang saleh itu mencoba meyakinkan.
Pria itu pun mengatakan ia tidak merasa memiliki amal saleh, namun setelah mengingat-ingatnya lagi dia pun mengungkap bahwa selama ini ia membantu seorang janda miskin dengan tiga anak.
"Sejak suaminya meninggal, saya bertekad setengah gaji saya untuk mereka. Maka setiap bulan saya menyerahkan setengah gaji saya kepada keluarga itu. Tanpa ada orang yang tahu," kisah pria itu.
"Itulah amalmu. Memenuhi hajat saudaramu muslim," kata orang saleh itu.
Orang saleh dari Maroko itu pun mengajak pria itu untuk bertobat dan salat di masjidil Haram. Pria itu pun menyiapkan diri, membersihkan dirinya dan berangkat dengan orang saleh itu ke masjid.
Menurut kisah, kata Ustaz Khalid, semenjak pria itu memasuki masjid, ia langsung menangis. Seperti merasa kedamaian dan kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, masuk ke dalam relung jiwanya.
Tiba waktu salat, ia pun tidak berhenti menangis. Sampai-sampai orang saleh itu pun ikut menangis.
Di saat orang sudah mengangkat dahinya dari sujud pada rakaat pertama, orang tersebut tetap bersujud, hingga rakaat terakhir.
Usai salat, pria saleh itu pun menyentuh tubuh pria tersebut, yang ternyata ia sudah meninggal.
"Allah tutup hidupnya dengan husnul khatimah karena memenuhi hajat saudara muslim," kata Ustaz Khalid.
Kisah ini mengingatkan kita kepada sebuah hadits tentang 'akhir yang menentukan'.
Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat ada yang membunuh orang-orang musyrik dan ia merupakan salah seorang prajurit muslimin yang gagah berani. Namun anehnya beliau malah berujar, “Siapa yang ingin melihat seorang penduduk neraka, silakan lihat orang ini.” Kontan seseorang menguntitnya, dan terus ia kuntit hingga prajurit tadi terluka dan ia sendiri ingin segera mati (tak kuat menahan sakit). Lalu serta merta, ia ambil ujung pedangnya dan ia letakkan di dadanya, lantas ia hunjamkan hingga menembus di antara kedua lengannya.
Selanjutnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh ada seorang hamba yang menurut pandangan orang banyak mengamalkan amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka. Sebaliknya ada seorang hamba yang menurut pandangan orang melakukan amalan-amalan penduduk neraka, namun berakhir dengan menjadi penghuni surga. Sungguh amalan itu dilihat dari akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6493)
Dalam riwayat lain disebutkan,
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)
Amalan yang dimaksud di sini adalah amalan shalih, bisa juga amalan jelek. Yang dimaksud ‘bil khawatim’ adalah amalan yang dilakukan di akhir umurnya atau akhir hayatnya.
Az-Zarqani dalam Syarh Al-Muwatha’, seperti dikutip dari laman Rumaysho.com, menyatakan bahwa amalan akhir manusia itulah yang jadi penentu dan atas amalan itulah akan dibalas. Siapa yang beramal jelek lalu beralih beramal baik, maka ia dinilai sebagai orang yang bertaubat. Sebaliknya, siapa yang berpindah dari iman menjadi kufur, maka ia dianggap murtad.
(ACF)