Edukasi Sampah Sejak Dini Lewat Film Animasi
Oase.id - Sampah menjadi salah satu permasalahan utama pencemaran lingkungan. Terlebih saat ini belum tampak keseriusan dalam pengelolaan limbah yang baik dan bertanggung jawab. Hal ini mengakibatkan pencemaran ekosistem akibat polusi sampah yang sulit untuk dipulihkan.
Penggerak Lokal Taman Baca Masyarakat (TBM) bersama Patriot Desa Jawa Barat yang bertugas di Desa Sukareja berkolaborasi dengan Pemerintah Desa Sukareja, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Sukareja, Bank Sampah Semoga Bahagia Desa Sukareja dan Karang Taruna Desa Sukareja ini bisa dijadikan contoh. Mereka melaksanakan kegiatan nonton bareng dan refeleksi film animasi "Sampah Sandi" di Desa Sukareja, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Subang, Rabu (01/06/2022).
Permasalahan sampah mendorong berbagai pihak untuk mengambil peran mengatasi persoalan. Salah satu contohnya melakukan penyadaran terhadap anak remaja usia 5-15 tahun yang tengah menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) melalui kegiatan nonton bareng film sampah sandi.
Tujuannya adalah mengedukasi sampah sejak sejak dini, khususnya di Desa Sukareja, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat sekaligus kampanye penyelamatan lingkungan agar tidak terjadi polusi sampah.
Cuplikan isi dari film sampah sandi yang dibuat oleh Anatman Pictures memperlihatkan terkait bagaimana memilah sampah, untuk selalu bawa tas belanja, yang dapat digunakan kembali saat berbelanja. Hal sederhana seperti ini bisa jadi kebiasaan yang dapat menghemat penggunaan enam kantong plastik dalam seminggu, atau sekitar 22.176 kantong plastik seumur hidup.
Sampah Sandi menayangkan penggunaan plastik telah berdampak buruk bagi ekosistem kita terutama bagi lautan. Sampah plastik yang tidak terurai membuatnya berakhir di dasar laut yang menyebabkan ekosistem makhluk hidup di dalamnya terganggu.
Juga, memberikan gambaran seputar bahayanya sampah tersebut bagi bumi dan kesehatan manusia yang dapat mengakibatkan pencemaran air, udara, lingkungan dan mengakibatkan bencana banjir.
Penggerak lokal meyakini betul kegiatan yang sederhana ini mudah dilakukan oleh para pengajar atau yang bergerak di dunia literasi. Karena, memiliki dampak yang luar biasa dalam upaya pencegahan, pengelolaan, dan pengolahan sampah, karena tidak perlu menyadarkan secara manual, melainkan memanfaatkan teknologi digital seiring perkembangan zaman.
"Kami menyampaikan kepada anak-anak remaja bahwa kegiatan seperti ini sangatlah bermanfaat dalam melakukan penyadaran terkait sampah. Misalnya, mereka bisa bisa memilah sampah organik dan anorganik, apa itu penerapan 5 R (Reduce, Reuse, Recycle, Replace, Replant), syukur-syukur mereka bisa praktik mengolah sampah."
"Selain itu juga, berharap ke depannya ingin membuat Taman Baca Masyarakat di Desa sehubungan dengan belum adanya fasilitasi terkait hal itu. Tujuannya sebagai peningkatan literasi dan pengetahuan, melihat minimnya minat baca masyarakat dan kreatifitas di Desa akibat bermain gadget yang berlebihan."
(ACF)