Ini Tuntunan Islam Dalam Menerima Tamu

N Zaid - Adab Bertamu 15/09/2024
Ilustrasi. Pixabay
Ilustrasi. Pixabay

Oase.id - Dalam Islam, menerima tamu dianggap sebagai bentuk ibadah dan akhlak yang mulia. Menyambut tamu dengan baik mencerminkan adab serta rasa hormat terhadap sesama, dan hal ini sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Nabi Muhammad ﷺ mengajarkan berbagai etika dalam menerima tamu yang penuh dengan hikmah, karena tamu dianggap membawa berkah dan rahmat bagi tuan rumah. 

Berikut adalah beberapa anjuran Islam dalam menerima tamu yang sesuai dengan ajaran Al-Quran dan hadits.

Menyambut Tamu dengan Ramah dan Hormat
Islam mengajarkan agar menyambut tamu dengan wajah yang ceria, ramah, dan penuh penghormatan. Hal ini merupakan bagian dari sikap dermawan dan akhlak yang baik. Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Menyambut tamu dengan ramah adalah tanda dari keimanan seseorang. Wajah ceria dan sikap positif akan membuat tamu merasa nyaman dan dihargai.

Memberikan Jamuan yang Layak
Memberikan jamuan kepada tamu adalah bagian penting dari adab menerima tamu. Meskipun Islam tidak mengajarkan kemewahan, tetapi menjamu tamu dengan apa yang kita miliki secara layak merupakan bentuk penghormatan dan penghargaan. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormati tamunya. Hak tamu itu adalah bahwa ia harus dilayani (dihormati) selama satu hari satu malam, dan menjamunya itu selama tiga hari. Jika lebih dari itu, maka itu adalah sedekah baginya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits ini, Nabi ﷺ menegaskan bahwa tuan rumah memiliki kewajiban menjamu tamu selama tiga hari. Jamuan ini bisa disesuaikan dengan kemampuan, tanpa harus memberatkan diri sendiri.

Tidak Membebani Diri Sendiri
Meskipun menjamu tamu dengan baik adalah anjuran dalam Islam, tidak seharusnya tuan rumah memaksakan diri hingga melampaui kemampuan atau menyebabkan kesulitan. Rasulullah ﷺ mengajarkan keseimbangan dalam segala hal, termasuk dalam menjamu tamu.

"Tidaklah baik seseorang membebani dirinya melebihi kemampuannya untuk menjamu tamu." (HR. Bukhari)

Islam sangat menekankan bahwa kebaikan tidak boleh dilakukan dengan membebani diri sendiri secara berlebihan. Oleh karena itu, tuan rumah sebaiknya menyediakan jamuan sesuai kemampuannya, tanpa harus merasa terpaksa.

Diriwayatkan dari hadits Salman Radhiyallahu ‘anhu , ia berkata:

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kami membebani diri untuk tamu dengan sesuatu yang tidak kami miliki.(HR al-Bukhâri)

Jika tuan rumah dilarang membebani diri untuk tamu dengan sesuatu yang tidak dimilikinya, maka ini menunjukkan bahwa tuan rumah tidak wajib membantu tamunya kecuali dengan sesuatu yang dimilikinya. Jika tuan rumah tidak memiliki sesuatu pun, ia tidak wajib memberi tamunya. Namun, jika tuan rumah mengutamakan tamunya daripada dirinya sendiri seperti yang dilakukan orang-orang Anshar, dimana ayat berikut diturunkan tentang mereka,

 “…Dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan….” -Qs. al-Hasyr/59 ayat 9 - maka itu hal yang baik dan mulia, tetapi tidak wajib. 

Jika tamu mengetahui tuan rumah tidak menjamunya kecuali dengan makanannya dan makanan anak-anaknya, serta anak-anak menderita karenanya, maka tamu tidak boleh meminta dijamu tuan rumah tersebut sebagai bentuk pengamalan dari sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

… Tidak halal seorang  bertamu hingga menyulitkan tuan rumah. (HR al-Bukhâri)

Doa bagi Tamu
Setelah tamu pergi, disunnahkan untuk mendoakan kebaikan bagi mereka. Dalam Islam, ada doa khusus untuk tamu, yaitu:

"Ya Allah, berikanlah berkah pada makanan mereka dan ampunilah mereka serta rahmatilah mereka." (HR. Muslim)

Mendoakan tamu adalah wujud dari rasa syukur atas kedatangan mereka dan harapan agar Allah subhanahu wa ta'ala memberikan keberkahan dalam hidup mereka.

Mengatur Waktu Kunjungan
Sementara itu, sebagai pelengkap di sisi lain, dipaparkan adab penting bagi tamu untuk mengetahui waktu yang tepat dalam berkunjung. Dalam surah An-Nur [24:27-28], Allah subhanahu wa ta'ala mengajarkan tentang tata cara mengunjungi rumah orang lain, termasuk meminta izin terlebih dahulu dan datang pada waktu yang pantas. Hal ini untuk menjaga kenyamanan kedua belah pihak.

 "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat."  An-Nur (24:27)

"Dan jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu, “Kembalilah!” Maka (hendaklah) kamu kembali. Itu lebih suci bagimu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." An-Nur (24-28)

Menerima tamu dengan baik adalah bagian dari ajaran Islam yang menekankan pentingnya hubungan sosial yang harmonis. Sikap ramah, memberikan jamuan yang layak, dan perhatian terhadap tamu adalah bentuk ibadah yang berpahala. Dengan menjalankan adab dalam menerima tamu, seorang Muslim dapat meraih keberkahan dan menjaga silaturahmi dengan baik.

Rasulullah ﷺ sendiri dikenal sebagai sosok yang sangat menghormati tamu, dan umat Islam diajak untuk meneladani sifat-sifat mulia beliau dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam menyambut tamu.


(ACF)
TAGs: Adab Bertamu