Ketika Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam Menegur Umar yang Membawa Injil
Oase.id - Dalam sejarah Islam, ada sebuah kisah menarik yang menceritakan teguran Rasulullah ﷺ kepada Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu ketika beliau diketahui memegang lembaran Injil. Kisah ini menunjukkan betapa pentingnya menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber utama panduan hidup seorang Muslim, sekaligus menekankan eksklusivitas wahyu yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ sebagai penutup para nabi.
Diriwayatkan bahwa suatu ketika Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu memegang lembaran dari kitab Injil yang dibawa oleh orang Yahudi. Umar tertarik dengan beberapa ajaran yang tertulis di dalamnya, dan kemudian dia mulai membacanya. Ketika Rasulullah ﷺ mengetahui hal ini, beliau segera menegur Umar dengan tegas.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Apakah engkau ragu, wahai Ibnu Khattab? Sungguh, aku telah membawakan kepada kalian agama yang putih bersih. Seandainya Musa hidup di zaman ini, maka tidak ada pilihan baginya kecuali mengikuti aku."
(HR. Ahmad no. 15156)
Hadits ini memberikan beberapa pelajaran penting bagi umat Islam. Pertama, Rasulullah ﷺ menegur Umar bin Khattab karena meskipun Injil dan Taurat adalah kitab yang juga diturunkan oleh Allah, Al-Qur’an merupakan penyempurna dari semua kitab-kitab sebelumnya. Islam telah datang sebagai agama yang sempurna, dan Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk hidup yang lengkap, sehingga tidak perlu lagi mencari petunjuk dari kitab-kitab sebelumnya.
Dalam hadits ini, Rasulullah ﷺ menekankan bahwa ajaran Islam yang beliau bawa adalah jelas dan sempurna, seperti yang diungkapkan dalam ungkapan "agama yang putih bersih". Hal ini mengisyaratkan bahwa Al-Qur'an tidak memiliki keraguan atau kekurangan di dalamnya, dan mencukupi untuk menjadi pedoman hidup umat manusia sampai akhir zaman.
Kata-kata Rasulullah ﷺ, "Seandainya Musa hidup di zaman ini, maka tidak ada pilihan baginya kecuali mengikuti aku," juga menegaskan bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah penutup para nabi. Bahkan para nabi sebelumnya, jika mereka hidup pada zaman Nabi Muhammad ﷺ, diwajibkan mengikuti syariat yang dibawanya, karena syariat Islam adalah penyempurna dan terakhir dari segala ajaran.
Teguran Rasulullah ﷺ kepada Umar bin Khattab ini memberikan pelajaran kepada seluruh umat Islam agar tidak terpengaruh atau mencari ajaran dari kitab-kitab sebelumnya setelah datangnya Al-Qur’an. Ini bukan berarti kita tidak boleh menghormati kitab-kitab terdahulu, tetapi sebagai Muslim, kita diwajibkan untuk menjadikan Al-Qur’an dan sunnah sebagai sumber utama dalam mencari kebenaran.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Al-Qur’an:
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam sebagai agamamu." (QS. Al-Ma'idah: 3)
Ayat ini menjelaskan bahwa Islam telah disempurnakan dengan turunnya Al-Qur’an, sehingga tidak ada lagi kebutuhan untuk mencari ajaran lain dari kitab-kitab sebelumnya.
Hikmah dari Teguran Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah pedoman utama yang sempurna, yang tidak membutuhkan tambahan dari kitab-kitab lain. Hal ini harus dipahami oleh setiap Muslim bahwa segala tuntunan hidup telah tercantum di dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah ﷺ.
Islam telah menyempurnakan ajaran-ajaran yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi umat Islam untuk kembali pada ajaran-ajaran terdahulu, seperti Taurat dan Injil, yang telah mengalami perubahan seiring waktu.
Membaca atau mempelajari ajaran dari kitab-kitab sebelumnya yang telah berubah dan tidak otentik lagi dapat menimbulkan keraguan dalam hati seorang Muslim. Oleh karena itu, Rasulullah ﷺ memperingatkan Umar bin Khattab dan seluruh umat Islam untuk tidak mencari panduan di luar Al-Qur’an dan Sunnah.
Hadits ini juga menegaskan bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah penutup para nabi, dan tidak ada lagi syariat yang lebih sempurna dari syariat yang dibawa oleh beliau. Bahkan nabi-nabi terdahulu, jika hidup pada zaman Nabi Muhammad ﷺ, wajib mengikuti ajarannya.
(ACF)