Amr bin Al-Ash Sang Panglima dan Diplomat

N Zaid - Sirah Nabawiyah 03/09/2024
Ilustrasi. Ist AI
Ilustrasi. Ist AI

Oase.id - Amr bin Al-Ash adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yang terkenal dalam sejarah Islam. Ia dikenal sebagai seorang panglima, diplomat, dan gubernur yang berperan penting dalam penyebaran Islam di luar Jazirah Arab, terutama di Mesir.

Amr bin Al-Ash lahir di Mekkah sekitar tahun 583 M dan berasal dari keluarga Quraisy yang terpandang. Pada awalnya, ia adalah musuh Islam dan ikut serta dalam berbagai pertempuran melawan kaum Muslimin, termasuk Perang Badar dan Uhud. Namun, setelah melihat kebesaran Islam dan kepemimpinan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, ia mulai tertarik untuk memeluk agama ini.

Amr akhirnya memutuskan untuk masuk Islam pada tahun 8 H (629 M). Ia pergi ke Madinah bersama Khalid bin Walid dan Utsman bin Thalhah, dua tokoh Quraisy lainnya yang juga masuk Islam pada saat yang sama. Mereka disambut hangat oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, yang menyatakan bahwa Islam telah menghapus dosa-dosa mereka di masa lalu.

Setelah masuk Islam, Amr bin Al-Ash menjadi salah satu panglima perang yang dipercaya oleh Khalifah Umar bin Khattab. Pada tahun 640 M, Umar mengutus Amr untuk memimpin pasukan Muslim dalam penaklukan Mesir, yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Bizantium.

Amr berhasil menaklukkan Mesir dengan cepat dan tanpa banyak pertumpahan darah. Setelah menaklukkan kota penting seperti Pelusium dan Memphis, Amr memimpin pengepungan Alexandria, ibu kota Mesir pada waktu itu. Setelah beberapa bulan pengepungan, kota tersebut akhirnya menyerah, dan Mesir jatuh ke tangan kaum Muslimin.

Penaklukan ini sangat penting karena membuka pintu bagi penyebaran Islam di Afrika Utara dan memperkuat kekuasaan Islam di kawasan tersebut. Amr kemudian diangkat menjadi gubernur Mesir oleh Khalifah Umar, dan ia dikenal sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana.

Setelah menaklukkan Mesir, Amr bin Al-Ash mendirikan kota baru bernama Fustat, yang terletak di dekat sungai Nil. Kota ini menjadi pusat administrasi dan militer Muslim di Mesir. Salah satu bangunan paling terkenal di Fustat adalah Masjid Amr bin Al-Ash, yang merupakan masjid pertama yang dibangun di Mesir dan menjadi pusat kegiatan keagamaan dan intelektual di kawasan tersebut.

Fustat berkembang pesat di bawah kepemimpinan Amr dan menjadi salah satu kota paling penting dalam Kekhalifahan Islam.

Amr bin Al-Ash juga terlibat dalam konflik politik yang dikenal sebagai Fitnah Pertama, yaitu perang saudara pertama dalam sejarah Islam yang terjadi setelah wafatnya Khalifah Utsman bin Affan. Amr awalnya mendukung Ali bin Abi Thalib, tetapi kemudian beralih mendukung Muawiyah bin Abi Sufyan, yang menentang kepemimpinan Ali.

Amr memainkan peran penting dalam pertempuran Shiffin (657 M), di mana ia berhasil merancang strategi yang membuat pertempuran berakhir dengan perundingan. Akhirnya, Amr menjadi salah satu dari dua arbitrator yang ditunjuk untuk menyelesaikan konflik antara Ali dan Muawiyah.

Amr bin Al-Ash wafat pada tahun 43 H (664 M) di Mesir. Ia meninggalkan warisan besar sebagai seorang panglima perang, diplomat, dan gubernur yang berkontribusi signifikan terhadap penyebaran Islam dan pembentukan kekuasaan Islam di wilayah-wilayah yang jauh dari Jazirah Arab.

Kisah-kisah Amr bin Al-Ash mengajarkan tentang kepemimpinan, strategi militer, dan diplomasi dalam menghadapi tantangan yang dihadapi oleh umat Islam pada masa-masa awal penyebaran Islam.(berbagai sumber)


(ACF)