Hikmah Sikap Nabi Muhammad SAW Saat Bersabar Melihat Ulah Orang Badui

N Zaid - Sirah Nabawiyah 08/12/2024
ilustrasi. Foto: Pixabay
ilustrasi. Foto: Pixabay

Oase.id - Kisah seorang Badui yang kencing di masjid merupakan salah satu cerita yang terkenal dalam sirah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Kisah ini mengandung banyak pelajaran tentang hikmah, kesabaran, dan cara menghadapi seseorang yang belum memahami ajaran Islam.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, seorang Arab Badui (penduduk gurun) masuk ke dalam masjid Nabi dan kencing di salah satu sudutnya. Para sahabat yang melihat kejadian ini sangat marah, mereka langsung berteriak dan hendak menghentikan perbuatannya.

Namun, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam segera menenangkan para sahabat. Beliau bersabda:
"Jangan kalian memotong (membiarkan dia menyelesaikan kencingnya)."

Setelah Badui itu selesai, Nabi dengan penuh kelembutan mendekatinya, lalu menjelaskan dengan baik:
"Sesungguhnya masjid ini tidak layak untuk hal semacam ini, karena masjid adalah tempat untuk mengingat Allah, shalat, dan membaca Al-Qur’an."

Kemudian, Nabi memerintahkan agar bekas kencing itu dibersihkan dengan air. Tidak ada celaan keras, apalagi hukuman, hanya arahan yang bijak.

Hikmah dari Sikap Nabi: Sikap lembut dalam dakwah
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan bahwa menghadapi orang yang kurang pengetahuan harus dengan kelembutan, bukan dengan kekerasan. Beliau memahami bahwa Badui itu tidak tahu bahwa kencing di masjid adalah hal yang dilarang, sehingga beliau mendidiknya dengan kasih sayang, bukan kemarahan.

Jika para sahabat saat itu langsung menghentikan Badui tersebut di tengah kencingnya, hal itu justru akan menyebarkan najis ke mana-mana dan membuat suasana masjid semakin kotor. Nabi memprioritaskan kebersihan masjid secara keseluruhan dan menjaga suasana hati Badui agar tidak merasa terintimidasi.

Menghindari rasa malu pada orang awam
Badui tersebut adalah seorang yang baru belajar Islam dan belum memahami adab-adab masjid. Dengan sikap Nabi yang lembut, ia tidak merasa malu atau tersinggung, bahkan semakin menghormati ajaran Islam dan kepribadian Nabi.

Kisah ini menunjukkan betapa mulianya akhlak Rasulullah. Beliau tidak hanya menjadi guru, tetapi juga teladan bagi para sahabat tentang cara menghadapi orang dengan kebijaksanaan dan empati.

Tindakan Nabi menunjukkan bahwa dakwah yang efektif adalah dakwah yang mengutamakan kasih sayang dan pengertian. Kita juga diajarkan untuk memprioritaskan maslahat yang lebih besar dan menjaga adab dalam menyampaikan kebenaran.

Semoga kisah ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. 


(ACF)