Siapa Penerjemah Al Quran Pertama ke Bahasa Jepang?

N Zaid - Tokoh Islam 13/04/2025
Haj Ryoichi Umar Mita
Haj Ryoichi Umar Mita

Oase.id - Haj Ryoichi Umar Mita adalah seorang penerjemah Jepang dan orang pertama yang menerjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Jepang.

Mita lahir pada tahun 1892 di Shimonoseki, Prefektur Yamaguchi, di pulau Kyushu di Jepang bagian barat, dari keluarga samurai dan penganut Buddha.

Ia menyelesaikan studi pascasarjananya di bidang perdagangan di Sekolah Ekonomi Universitas Yamaguchi dan lulus pada tahun 1916.

Selama studinya, Mita mempelajari karya-karya Haji Omar Yamaoka, seorang Muslim Jepang. Buku-buku ini menjadi sumber pertama perkenalannya dengan Islam. Maka ia melanjutkan perjalanannya selama 30 tahun hingga cahaya Tauhid (monoteisme) bersinar di hatinya.

Setelah menyelesaikan studi universitasnya, Mita pergi ke Tiongkok, di mana ia belajar lebih banyak tentang agama Islam melalui kaum Muslim di negara itu. Pada tahun 1920, ia menulis serangkaian artikel berjudul “Islam di Tiongkok”, yang diterbitkan di majalah “Tokyo Kinkiyo”. Ia sangat dipengaruhi oleh cara hidup Muslim Tiongkok, dan saat itu telah menguasai bahasa Mandarin dengan baik.

Ia kembali ke Jepang pada tahun 1921 dan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang Islam dengan mendengarkan khotbah Haji Umar Yamaoka.

Pada tahun 1922, Umar Mehta mulai bekerja untuk Perusahaan Kereta Api Manchuria dan kemudian dipromosikan ke jabatan inspektur.

Ia juga dikirim ke Tiongkok utara oleh Perusahaan Kereta Api Manchuria selama Perang Tiongkok-Jepang.

Ia dipengaruhi oleh Muslim Tiongkok dan berharap agar masyarakat Jepang memiliki masyarakat Islam seperti itu.

Mita kemudian melakukan perjalanan ke banyak negara termasuk Arab Saudi dan berpartisipasi dalam banyak pertemuan dan konferensi. Ia juga menulis buku tentang hubungan Islam dengan agama lain dan kehidupan orang-orang dalam masyarakat Islam.

Pada usia 49 tahun, Ryoichi Mita pergi ke sebuah masjid di Beijing, ibu kota Cina, untuk menyatakan keinginannya masuk Islam. Maka pada tahun 1941, ia masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Umar Mita.

Ia kembali ke Jepang pada tahun 1945 setelah perang berakhir dan awalnya mulai bekerja di Universitas Kansai. Ia kemudian bekerja sebagai profesor bahasa Mandarin di Universitas Kyoto.

Ia melakukan perjalanan ke Pakistan pada tahun 1957 dan terlibat dalam kegiatan Islam. Pada tahun 1960 ia pergi haji dan setelah kematian Sadiq Imaizumi, ketua pertama Japan Muslim Association (JMA), Mita terpilih sebagai ketuanya.

Selama masa jabatannya, ia menulis dua buku terpentingnya tentang Islam, “Understanding Islam” dan “An Introduction to Islam”, keduanya dalam bahasa Jepang. Ia juga menerjemahkan buku “Life of Sahaba (the friends of the Prophet)” karya Muhammad Zakaria ke dalam bahasa Jepang dan beberapa bahasa Asia Timur lainnya.

Haji Ryoichi Umar Mita menerbitkan edisi pertama terjemahan Al-Quran dalam bahasa Jepang pada tanggal 28 Juli 1972, dan edisi revisinya diterbitkan pada tahun 1982.

Setelah istrinya meninggal, ia mengundurkan diri dari pekerjaannya dan menetap di Tokyo, mengabdikan seluruh waktunya untuk menyebarkan Islam. Ia meninggal pada tahun 1983.

Ketika Mita lahir, jumlah umat Islam di Jepang sangat sedikit, tetapi kemudian, dengan imigrasi sejumlah besar umat Islam dari Asia Tengah seperti Kazakhstan dan Tajikistan serta imigrasi umat Islam dari Rusia setelah Revolusi Bolshevik dalam Perang Dunia I, kehidupan sosial umat Islam di Jepang dimulai, dan umat Islam menetap di kota-kota utama negara tersebut.

Beberapa kota di Jepang menerima umat Muslim sebagai pengungsi dari negara-negara tersebut, dan hubungan dekat antara umat Muslim dan orang-orang Jepang pun terjalin. Umat Muslim awalnya menghadapi berbagai masalah, termasuk penganiayaan oleh umat Buddha, tetapi umat Buddha menemukan bahwa umat Muslim adalah orang-orang yang cinta damai, jujur, dan santun, serta tidak suka berkhianat.

Masyarakat Muslim di Jepang berangsur-angsur tumbuh dan sejumlah masjid dibangun di negara tersebut, yang terpenting adalah masjid yang dibangun di kota Kobe di barat daya Honshu. Masjid ini merupakan satu-satunya masjid yang selamat dari gempa bumi dahsyat yang melanda Jepang dua dekade setelah pembangunannya dan masih berdiri tegak.

Saat ini, terdapat sekitar 30 hingga 40 masjid di Tokyo saja, dan hotel-hotel umum memiliki ruang salat dan ruang sholat.(iqna)


(ACF)
TAGs: Tokoh Islam