Islam Dengan Tegas Menolak Gagasan Bahwa Allah Memiliki Anak

N Zaid - Tauhid 10/10/2024
ilustrasi. Foto: Pixabay
ilustrasi. Foto: Pixabay

Oase.id - Konsep bahwa Tuhan tidak memiliki anak adalah prinsip dasar tauhid atau keesaan Allah dalam Islam. Keyakinan bahwa Allah adalah Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan, dijelaskan secara tegas dalam Al-Quran. Perspektif ini membedakan Islam dengan agama lain yang mungkin memiliki pandangan berbeda tentang Tuhan dan anak Tuhan.

Tauhid merupakan inti dari ajaran Islam, yang menekankan keesaan Allah dalam segala hal. Allah tidak memiliki sekutu, pasangan, atau keturunan. Konsep ini tertuang dalam berbagai ayat Al-Quran yang memperingatkan umat manusia agar tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain, termasuk mempercayai bahwa Allah memiliki anak.

Salah satu ayat paling terkenal yang menegaskan keesaan Allah adalah Surah Al-Ikhlas (112:1-4):

"Katakanlah (Muhammad), 'Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.'"

Ayat ini merupakan landasan utama dalam aqidah Islam, yang menegaskan bahwa Allah adalah Dzat yang sempurna, tidak berhubungan dengan sifat-sifat makhluk yang membutuhkan pasangan atau keturunan.

Banyak juga ayat Al-Quran yang secara eksplisit menolak gagasan bahwa Allah memiliki anak. Beberapa di antaranya adalah:

Surah Al-Baqarah (2:116):

"Dan mereka (orang kafir) berkata, 'Allah mempunyai anak.' Mahasuci Allah, tetapi milik-Nya apa yang ada di langit dan di bumi; semua tunduk kepada-Nya."

Ayat ini menolak anggapan bahwa Allah memiliki anak, sekaligus menegaskan bahwa seluruh alam semesta adalah milik Allah dan berada di bawah kekuasaan-Nya.

Surah Maryam (19:35):

"Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Mahasuci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya, 'Jadilah', maka jadilah sesuatu itu."

Allah menjelaskan bahwa Dia tidak memerlukan anak dan segala sesuatu di alam semesta diciptakan oleh kehendak-Nya yang sempurna. Cukup dengan perintah "Kun fayakun" (Jadilah, maka jadilah), segala sesuatu terjadi sesuai kehendak-Nya.

Surah Al-Kahf (18:4-5):

"Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata, 'Allah mengambil seorang anak.' Mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka hanya mengatakan kedustaan."

Ayat ini memperingatkan mereka yang menyebarkan keyakinan bahwa Allah memiliki anak, dengan menyatakan bahwa klaim tersebut adalah kebohongan besar tanpa dasar pengetahuan.

Surah An-Nisa (4:171):

"Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al-Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan, '(Tuhan itu) tiga.' Berhentilah (dari ucapan itu), itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Mahasuci Allah dari mempunyai anak..."

Dalam ayat ini, Allah memperingatkan umat Kristen agar tidak mengatakan bahwa Isa (Yesus) adalah anak Allah atau bagian dari Tuhan dalam Trinitas. Isa dipandang dalam Islam sebagai seorang nabi, bukan anak Allah.

Perspektif Islam terhadap Konsep Anak Tuhan
Islam menolak keras segala bentuk konsep bahwa Allah memiliki anak, baik itu anak secara fisik, spiritual, maupun simbolis. Allah adalah Maha Pencipta dan tidak membutuhkan keturunan untuk melanjutkan kekuasaan atau eksistensi-Nya. Dalam Islam, gagasan bahwa Allah memiliki anak dianggap sebagai penyimpangan dari tauhid dan merupakan bentuk syirik, yakni menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain.

Pandangan ini didasarkan pada pemahaman bahwa Allah adalah Zat yang Maha Sempurna, yang tidak tergantung pada makhluk, waktu, atau ruang. Segala sesuatu di alam semesta ini tunduk kepada-Nya, dan Dia tidak memerlukan pasangan atau keturunan, seperti yang dijelaskan dalam Surah Maryam (19:88-92):

"Dan mereka berkata, 'Tuhan Yang Maha Pengasih mengambil (mempunyai) anak.' Sungguh, kamu telah membawa sesuatu yang sangat mungkar, hampir saja langit pecah karena ucapan itu, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menganggap Tuhan Yang Maha Pengasih mempunyai anak. Tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pengasih mempunyai anak."

Ayat ini menekankan betapa besar kesalahan dan ketidaklayakan klaim bahwa Allah memiliki anak, hingga alam semesta hampir hancur oleh besarnya keingkaran tersebut.

Islam dengan tegas menolak gagasan bahwa Allah memiliki anak. Konsep ini bertentangan dengan tauhid, yang merupakan inti dari keyakinan Islam. Dalam Al-Quran, Allah menjelaskan bahwa Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta seluruh makhluk berada di bawah kekuasaan-Nya. Ayat-ayat Al-Quran menegaskan bahwa segala kenikmatan dan kekuasaan yang Allah miliki tidak memerlukan keturunan atau pasangan.

Pemahaman ini menjaga kemurnian keimanan umat Islam, yang meyakini bahwa Allah Maha Esa, tidak ada yang serupa dengan-Nya, dan hanya Dia yang patut disembah tanpa sekutu.


(ACF)
TAGs: Tauhid