Jasa Presiden Soekarno Menggugah Pemerintah Komunis Untuk Memperhatikan Masjid di St Petersburg
Oase.id - Kunjungan Presiden Soekarno ke Uni Soviet pada 1950-an menjadi salah satu momen bersejarah dalam hubungan antara Indonesia dan Uni Soviet. Selain membahas kerja sama ekonomi dan politik, kunjungan ini juga mencerminkan perhatian Soekarno terhadap aspek kebudayaan dan Islam di wilayah tersebut. Salah satu warisan penting yang berkaitan dengan kunjungan Soekarno adalah perannya dalam merevitalisasi Masjid Biru (Blue Mosque) di St. Petersburg, Rusia.
Masjid Biru, yang secara resmi bernama Masjid St. Petersburg, dibangun pada tahun 1910-1913 dan merupakan salah satu masjid terbesar di Eropa pada masanya. Masjid ini didirikan atas prakarsa umat Muslim di Kekaisaran Rusia, terutama oleh Emir Bukhara, dengan arsitektur megah yang memadukan gaya Timur Tengah dan sentuhan modern.
Namun, setelah Revolusi Bolshevik 1917 dan pembentukan Uni Soviet, kebebasan beragama di negara tersebut mengalami pembatasan ketat. Banyak masjid, gereja, dan tempat ibadah lainnya ditutup atau dialihfungsikan. Masjid Biru menjadi salah satu yang terkena dampaknya. Pada 1940-an, masjid ini dialihfungsikan sebagai gudang, dan penggunaannya sebagai tempat ibadah dihentikan.
Pada 1956, Presiden Soekarno melakukan kunjungan resmi ke Uni Soviet atas undangan pemimpin Soviet, Nikita Khrushchev. Kunjungan ini bertujuan untuk mempererat hubungan bilateral kedua negara, terutama dalam bidang politik dan ekonomi. Namun, di luar agenda resmi, Soekarno menunjukkan minat besar terhadap kondisi umat Muslim di Uni Soviet.
Kisah di Balik Kunjungan Soekarno ke Masjid St. Petersburg
Ketika Soekarno berada di Uni Soviet, salah satu permintaannya di luar agenda resmi adalah mengunjungi masjid di Leningrad, yang saat itu dikenal sebagai salah satu masjid terbesar di Rusia. Masjid tersebut memiliki sejarah panjang, namun mengalami penurunan fungsi akibat kebijakan anti-agama yang diberlakukan oleh pemerintah Soviet setelah Revolusi Bolshevik. Masjid yang dulunya megah ini berubah menjadi gudang selama era Soviet, mencerminkan kondisi sulit yang dialami komunitas Muslim di negara tersebut.
Ketika Soekarno tiba di masjid tersebut, ia terkejut melihat kondisinya. Masjid yang memiliki kubah biru besar dan menara tinggi ini tampak tidak terawat dan tidak lagi digunakan untuk ibadah. Dengan gaya khasnya yang penuh karisma, Soekarno langsung menyampaikan rasa prihatinnya kepada pemimpin Soviet, Nikita Khrushchev. Ia meminta agar masjid ini dikembalikan kepada umat Muslim dan direstorasi sehingga bisa digunakan lagi sebagai tempat ibadah.
Permintaan Soekarno ini mencerminkan rasa solidaritasnya dengan komunitas Muslim, meskipun saat itu ia sedang berada di negara yang memiliki ideologi ateis resmi. Khrushchev dilaporkan mendengarkan permintaan Soekarno dengan serius, mengingat posisi Soekarno sebagai salah satu pemimpin dunia yang dihormati pada masa itu.
Dampak dari Kunjungan Soekarno
Meski tidak segera direalisasikan, permintaan Soekarno menjadi awal dari kesadaran pemerintah Soviet tentang pentingnya merawat warisan Islam di wilayah mereka. Proses renovasi Masjid St. Petersburg dimulai beberapa dekade kemudian, pada era glasnost di bawah Mikhail Gorbachev. Pada tahun 1990, setelah hampir setengah abad digunakan sebagai gudang dan bangunan non-religius, masjid ini akhirnya dibuka kembali sebagai tempat ibadah umat Muslim.
Hingga saat ini, Masjid St. Petersburg berdiri sebagai salah satu masjid terindah di Eropa. Kubah birunya yang megah dan ornamen Islami yang rumit menjadi daya tarik bagi wisatawan dari seluruh dunia.
Sebuah lukisan surah AL Fatihah dengan kayu jati khas Indonesia juga ada di dalam masjid tersebut. Lukisan itu merupakan sumbangan dari Presiden Megawati SoekarnoputrikKetika berkunjung pada 2003.
(ACF)