Doktrin Hindari Kata Jangan Kepada Anak Bertentangan dengan Syariat Islam?
Oase.id - Orangtua di Indonesia khususnya di era digital ini dibanjiri beragam informasi tentang cara mendidik anak. Salah satu anjurannya yang populer dan banyak dipraktikan adalah "hindari kata jangan pada anak".
Teori parenting yang banyak disebarluaskan berasal dari pakar-pakar barat dan semisalnya. Itu yang kemudian diadopsi dan dianggap metode terbaik untuk mendidik anak karena berasal dari para ahli parenting dunia.
Sayangnya, ini membuat banyak keluarga muslim menerima begitu saja teori-teori itu tanpa telaah kritis. Padahal, Islam sendiri punya panduan bagaimana cara mendidik anak. Itu bisa dilihat dari Al-Quran, hadits, dan kisah-kisah para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Referensi yang bersumber dari literatur-literatur Islam sedianya menjadi prioritas sebagai rujukan karena sudah barang tentu apa yang datang dari Alquran dan hadits merupakan panduan benar dan sesuai syariat. Sementara, ilmu parenting yang datang dari Barat harus disaring terlebih dulu, sebab antara nilai-nilai yang dikembangkan di masyarakat Barat dan Islam banyak yang bertolak belakang.
Sebagai contoh dewasa ini teori 'hindari kata jangan' kepada anak sangat populer. Padahal di Alquran surat Lukman yang mencakup konsep mendidik anak terdapat empat kata 'jangan' dalam surat itu.
Berikut petikan surat-suratnya:
Wa iz qoola luqmaanu libnihii wa huwa ya'izuhuu ya bunaiya laa tushrik billaah; innash shirka lazulmun 'aziim
13. Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar."
Wa in jaahadaaka 'alaaa an tushrika bii maa laisa laka bihii 'ilmun falaa tuti'humaa wa saahib humaa fid dunyaa ma'ruufanw wattabi' sabiila man anaaba ilayy; summa ilaiya marji'ukum fa unabbi'ukum bimaa kuntum ta'maluun
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Yaa bunaiya aqimis-Salaata waamur bilma'ruufi wanha 'anil munkari wasbir 'alaa maaa asaabaka inna zaalika min 'azmil umuur
17. Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.
Wa laa tusa'-'ir khaddaka linnaasi wa laa tamshi fil ardi maarahan innal laaha laa yuhibbu kulla mukhtaalin fakhuur
18. Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.
Dengan landasan dalil di surat Lukman ini jelas bahwa Allah sendiri menggunakan kata 'jangan' dalam konsep mendidik anak.
Adriano Rusfi, seorang psikolog mengingatkan bahwa larangan menggunakan kata 'jangan' pada anak itu seperti doktrin parenting yang keliru.
"Pendidikan parenting yang salah kaprah mengatakan tidak boleh mengatakan "jangan" pada anak akan mengakibatkan berkurangnya Nurani seorang anak (miskin nurani). Hati-hati masa depan anak bisa jadi seorang koruptor yang menginginkan hak orang lain jika pola parenting seperti itu diterapkan, nauzubillah!," kata Adriano pada satu kesempatan dalam kuliah parenting orang tua siswa di SD IT Tunas Gemilang Bandung, seperti dikutip dari Mudapembaharu.
Menurut Adriano tidak ada yang salah dengan kata "jangan", yang tidak boleh yaitu perkataan kotor atau kasar.
"Kitab suci Al-Qur'an berisi perintah dan larangan, jadi tidak masalah orang tua mengatakan "jangan" pada anak selama larangan itu tidak melanggar syariat," jelasnya.
(ACF)