Adab Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam Ketika Disuguhi Makanan Yang Tidak Disukai

N Zaid - Adab Makan dan Minum 23/08/2024
Ilustrasi. Pixabay
Ilustrasi. Pixabay

Oase.id -  Kisah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam ketika dihidangkan daging ḍab (sejenis biawak padang pasir) adalah salah satu cerita yang cukup terkenal dalam sejarah Islam dan menjadi rujukan tentang adab saat menghadapi makanan. Berikut adalah ringkasan kisah tersebut:

Suatu ketika, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam diundang ke sebuah jamuan makan oleh salah seorang sahabatnya. Dalam jamuan itu, dihidangkanlah berbagai macam makanan, termasuk daging ḍab. Ḍab adalah sejenis biawak yang hidup di padang pasir dan sering dikonsumsi oleh suku-suku di daerah tersebut.

Ketika daging ḍab dihidangkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, beliau tidak segera menyantapnya. Salah seorang sahabat, yaitu Khalid bin Walid, melihat hal itu dan bertanya kepada Nabi, "Apakah daging ini haram, wahai Rasulullah?"

Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam menjawab, "Tidak, tetapi ini bukan makanan yang biasa dimakan oleh kaumku, dan aku tidak biasa memakannya."

Setelah mendengar jawaban Nabi, Khalid bin Walid pun merasa tenang dan memutuskan untuk memakan daging ḍab tersebut. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam tidak melarang atau menegur Khalid, menunjukkan bahwa daging ḍab itu tidak haram, namun Nabi sendiri tidak memakannya karena alasan pribadi.

Nabi shallallahu alaii wa sallam jika tidak menyukai makanan Beliau diam saja. Namun, ketika Khalid bin Walid bertanya, akhirnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan.

"Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika dimintai komentar, Beliau komentar dengan halus dan tidak mencela makanan sama sekali," urai Ustadz Firanda Andirja, dalam sebuah ceramahnya.

Kisah ini menggambarkan kebijaksanaan dan toleransi Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam terhadap kebiasaan makan yang berbeda-beda di kalangan sahabatnya. Nabi tidak memaksakan kebiasaannya kepada orang lain dan menunjukkan bahwa ada kelonggaran dalam hal-hal yang bersifat mubah (diperbolehkan) dalam Islam, selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip agama.

Sikap Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam juga menjadi contoh adab yang mulia ketika seseorang menghadapi makanan yang tidak disukainya, maka sesuai syariat seorang Muslim tidak boleh mencela makanan tersebut. 

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mencela makanan sekali pun. Apabila beliau berselera (suka), beliau memakannya. Apabila beliau tidak suka, beliau pun meninggalkannya (tidak memakannya).” (HR. Bukhari no. 5409 dan Muslim no. 2064)

Sementara apa yang diucapkan Nabi adalah penjelasan bahwa Beliau shallallahu alaihi wa sallam tidak menyukainya.

An-Nawawi rahimahullah berkata,

“Adapun hadits beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memakan dhabb, bukanlah termasuk celaan terhadap makanan. Akan tetapi, perkataan itu hanyalah kabar (penjelasan) bahwa makanan tersebut tidak beliau sukai.” (Syarh Shahih Muslim, 7: 135)


(ACF)