Istidraj dalam Islam: Ketika Kenikmatan Dunia Terus Allah Berikan Meski Terus Bermaksiat

N Zaid - Maksiat 10/10/2024
ilustrasi. Foto: Pixabay
ilustrasi. Foto: Pixabay

Oase.id - Istilah istidraj merujuk pada kondisi di mana seseorang terus diberikan kenikmatan dan keberhasilan oleh Allah, padahal ia sedang jauh dari keimanan dan ketaatan. Istidraj adalah salah satu bentuk ujian Allah kepada hamba-Nya, meskipun pada permukaan terlihat seperti kenikmatan, tetapi sesungguhnya adalah jebakan untuk memperdaya mereka yang lalai dan enggan bertaubat.

Pengertian Istidraj
Secara bahasa, kata istidraj berasal dari akar kata "daraja" yang berarti tingkat atau tahapan. Istidraj bisa diartikan sebagai tahapan-tahapan yang Allah berikan kepada manusia dengan kenikmatan yang bertahap, padahal mereka justru semakin menjauh dari jalan Allah. Ini adalah cara Allah menguji seseorang dengan memberikan nikmat duniawi yang tidak disertai dengan rahmat dan ridha-Nya.

Istidraj terjadi ketika seseorang tetap diberi kelapangan rezeki, kekuasaan, atau keberhasilan dalam hidupnya, meskipun ia terus melakukan dosa dan maksiat. Bukannya menghukum langsung, Allah memberikan kelonggaran hingga orang tersebut merasa aman dan lalai. Hal ini disebut sebagai istidraj karena Allah menunda hukuman, hingga pada akhirnya ia ditimpa azab yang besar tanpa disadari.

Dalil Hadis tentang Istidraj
Terdapat beberapa hadis yang membahas tentang konsep istidraj ini. Salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan al-Tabarani:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"Apabila engkau melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada hamba yang suka berbuat maksiat, maka ketahuilah bahwa itu adalah istidraj." (HR. Ahmad)

Hadis ini menekankan bahwa tidak setiap kenikmatan yang datang kepada seseorang adalah tanda kebaikan atau keberkahan. Bagi orang yang tidak beriman atau terus-menerus melakukan dosa, kenikmatan yang berlimpah justru bisa menjadi pertanda istidraj.

Rasulullah juga menjelaskan bagaimana Allah akan terus memberikan kesenangan dunia bagi orang yang terus melakukan maksiat tanpa mereka sadari, hingga tiba saatnya mereka dihancurkan secara tiba-tiba. Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh al-Tabarani dan Imam Ahmad, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

"Jika kamu melihat bahwa Allah memberikan kepada seorang hamba apa yang ia sukai dari urusan dunia, padahal ia masih berada dalam kemaksiatan, maka itu adalah istidraj." (HR. Ahmad)

Hadis ini mengingatkan agar kaum Muslimin berhati-hati dengan kenikmatan duniawi, terutama jika mereka berada dalam keadaan dosa. Allah tidak selalu menghukum seseorang secara langsung atas dosa-dosanya. Ada kalanya Dia memberikan segala yang diinginkan oleh orang tersebut sebagai bentuk istidraj, untuk kemudian memberi hukuman yang besar di akhir.

Tanda-Tanda Istidraj
Beberapa tanda yang dapat dikenali sebagai bentuk istidraj antara lain:

Kenikmatan yang Terus-Menerus dalam Dosa
Seseorang tetap mendapatkan kemakmuran atau kekayaan meskipun ia terus melanggar perintah Allah. Ini bisa berupa rezeki yang berlimpah, jabatan tinggi, atau penghormatan dari orang lain, sementara ia berada dalam kondisi jauh dari agama.

Lalai dari Berzikir dan Ibadah
Orang yang terkena istidraj biasanya akan semakin jauh dari zikir kepada Allah dan semakin jarang beribadah. Kenikmatan dunia membuatnya merasa aman dan terlena.

Merasa Tidak Terkena Azab
Salah satu ciri khas istidraj adalah orang tersebut merasa bahwa Allah tidak akan menghukumnya karena ia tidak merasakan konsekuensi dari maksiat yang dilakukannya. Ia merasa aman dari azab Allah, padahal azab itu bisa datang secara tiba-tiba.

Pelajaran dari Istidraj
Istidraj mengandung pelajaran penting bagi setiap Muslim agar tidak tertipu oleh kenikmatan dunia yang mungkin diberikan kepada mereka. Terkadang, kenikmatan yang berlimpah adalah bentuk peringatan dari Allah yang justru mengarah pada kehancuran, terutama jika seseorang terus berbuat dosa.

Sebagai Muslim, kita harus senantiasa waspada terhadap tanda-tanda istidraj ini dan selalu memohon ampun kepada Allah. Kenikmatan dunia tidak selalu merupakan tanda keberkahan, kecuali jika diiringi dengan ketaatan kepada Allah dan rasa syukur yang mendalam.

Allah mengingatkan dalam Al-Quran:

"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan pintu-pintu segala sesuatu. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa." (QS. Al-An'am: 44)

Ayat ini memperingatkan bahwa ketika seseorang terus-menerus diberi kelapangan dunia dan melupakan peringatan Allah, maka azab bisa datang secara tiba-tiba, meskipun mereka sebelumnya merasa aman dan tenteram.

Istidraj adalah ujian tersembunyi yang Allah berikan kepada mereka yang terus-menerus berbuat dosa dan melalaikan perintah-Nya. Meskipun tampak seperti kenikmatan, pada akhirnya istidraj membawa kepada kehancuran. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu mengevaluasi diri, bertaubat, dan berusaha mendekatkan diri kepada Allah agar tidak termasuk dalam golongan yang tertipu oleh kenikmatan dunia.
 


(ACF)
TAGs: Maksiat