Rasulullah Sebagai Manusia yang Bisa Terluka: Kejadian di Thaif dan Perang Uhud

N Zaid - Kisah Nabi dan Rasul 18/11/2024
Foto: Pixabay
Foto: Pixabay

Oase.id - Rasulullah Muhammad ﷺ adalah manusia pilihan Allah yang diutus sebagai nabi dan rasul terakhir. Meskipun beliau memiliki kedudukan mulia, Rasulullah ﷺ tetap seorang manusia yang mengalami berbagai ujian, termasuk rasa sakit fisik akibat terluka. Hal ini tergambar dalam beberapa peristiwa, seperti kejadian di Thaif dan Perang Uhud. Kisah-kisah ini mengajarkan kepada umat Islam tentang keteguhan, kesabaran, dan keikhlasan dalam menghadapi cobaan.

Kisah Rasulullah ﷺ Terluka di Thaif
Peristiwa di Thaif terjadi pada tahun kesepuluh kenabian, setelah wafatnya dua pelindung utama Rasulullah ﷺ, yaitu Khadijah binti Khuwailid (istri beliau) dan Abu Thalib (pamannya). Saat itu, Rasulullah ﷺ pergi ke Thaif untuk berdakwah kepada pemimpin suku Tsaqif agar mereka menerima Islam. Namun, respons yang beliau terima sangat menyakitkan.

Penduduk Thaif tidak hanya menolak dakwah Rasulullah ﷺ, tetapi juga memperlakukannya dengan sangat kasar. Mereka menghasut anak-anak dan orang-orang jahil untuk melempari beliau dengan batu. Akibatnya, tubuh Rasulullah ﷺ terluka hingga darah mengalir dari kaki beliau. Dalam riwayat disebutkan:

“Ketika mereka melempari Rasulullah dengan batu hingga kedua telapak kaki beliau berlumuran darah...”
(HR. Bukhari dan Muslim, secara makna)

Meskipun terluka parah, Rasulullah ﷺ tidak berdoa untuk kehancuran mereka. Sebaliknya, beliau justru memanjatkan doa kebaikan kepada Allah:

“Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”
(HR. Bukhari)

Keteguhan beliau dalam menghadapi perlakuan buruk di Thaif menjadi teladan kesabaran dan kasih sayang yang luar biasa.

Rasulullah ﷺ Terluka dalam Perang Uhud
Perang Uhud adalah salah satu peristiwa besar dalam sejarah Islam yang terjadi pada tahun ketiga Hijriah. Awalnya, kaum Muslimin berada di atas angin, tetapi karena sebagian pasukan pemanah melanggar perintah Rasulullah ﷺ dengan meninggalkan posisi strategis mereka, pasukan Quraisy berhasil melakukan serangan balik. Dalam kekacauan tersebut, Rasulullah ﷺ mengalami luka-luka yang cukup parah.

Ibnu Mas’ud meriwayatkan:

“Pada hari Perang Uhud, wajah Rasulullah ﷺ terluka, gigi seri beliau patah, dan helm pelindung kepala beliau pecah.” (HR. Bukhari, no. 2911; Muslim, no. 1790)

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa dua rantai dari helm perang Rasulullah ﷺ menancap di pipi beliau, sehingga harus dicabut dengan hati-hati oleh sahabat-sahabatnya, seperti Abu Ubaidah bin al-Jarrah.

Meskipun dalam kondisi terluka, Rasulullah ﷺ tetap mendoakan kebaikan bagi musuh-musuhnya, seraya berkata:

“Bagaimana mungkin suatu kaum akan beruntung jika mereka melukai wajah Nabi mereka yang mengajak mereka kepada Allah?” (HR. Bukhari, no. 4073)

Pelajaran dari Kisah Rasulullah ﷺ yang Terluka
Rasulullah ﷺ adalah manusia yang bisa merasakan sakit, terluka, dan duka. Hal ini mengingatkan kita bahwa beliau bukan makhluk supranatural, tetapi seorang manusia yang diberi wahyu dan ketabahan luar biasa.

Rasulullah ﷺ mengajarkan pentingnya bersabar dan tetap berdoa untuk kebaikan orang lain, bahkan ketika mereka menyakiti kita. Dalam kedua peristiwa tersebut, beliau tidak membalas dengan kebencian, tetapi dengan kasih sayang.

Luka fisik yang dialami Rasulullah ﷺ tidak mengurangi semangat beliau dalam menyampaikan risalah Islam. Ini menjadi inspirasi bagi umat Islam untuk terus berjuang di jalan Allah meskipun menghadapi rintangan.

Kisah Rasulullah ﷺ yang terluka di Thaif dan Perang Uhud adalah pengingat bahwa beliau, meskipun manusia pilihan, tetap menghadapi cobaan seperti manusia biasa. Kisah ini menjadi teladan abadi tentang kesabaran, kasih sayang, dan keteguhan hati. Dengan meneladani sikap Rasulullah ﷺ, umat Islam dapat belajar bagaimana menghadapi berbagai ujian hidup dengan iman yang kuat dan sikap yang mulia.

Semoga kita dapat mengamalkan pelajaran-pelajaran ini dalam kehidupan sehari-hari. Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala alihi wa ashabihi ajma'in.


(ACF)