Pentingnya Tauhid dalam Islam dan Penegasan bahwa Allah Tidak Memiliki Anak

N Zaid - Syirik 25/09/2024
ilustrasi. Foto: Pixabay
ilustrasi. Foto: Pixabay

Oase.id - Tauhid, atau keesaan Allah, adalah inti dari ajaran Islam. Tauhid mengajarkan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Konsep ini menolak segala bentuk syirik (mempersekutukan Allah), termasuk keyakinan bahwa Allah memiliki anak atau sekutu. Dalam Islam, menyakini tauhid dengan benar adalah pondasi iman yang paling mendasar, dan kesalahan dalam memahami keesaan Allah merupakan dosa yang sangat besar.

Dalil dari Al-Qur'an tentang Keesaan Allah
Al-Qur’an secara tegas dan berulang kali menyatakan bahwa Allah itu Esa dan tidak memiliki anak, istri, atau sekutu. Salah satu ayat yang paling kuat tentang keesaan Allah adalah Surah Al-Ikhlas, yang dianggap sebagai pernyataan ringkas dan padat mengenai tauhid.

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ۝ اللَّهُ الصَّمَدُ ۝ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ۝ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ

"Qul huwa Allahu ahad, Allahu as-shamad, lam yalid wa lam yulad, wa lam yakun lahu kufuwan ahad."

Terjemahan: "Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat bergantung segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia."
(QS. Al-Ikhlas: 1-4)

Ayat ini mengandung penegasan bahwa Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan. Ini menolak keyakinan bahwa Allah memiliki anak, sebagaimana diyakini oleh beberapa golongan. Allah adalah satu-satunya yang berkuasa dan tidak bergantung kepada siapa pun.

Larangan Mengatakan Allah Memiliki Anak
Islam dengan tegas melarang keyakinan bahwa Allah memiliki anak. Hal ini disebutkan dalam berbagai ayat Al-Qur'an yang memperingatkan bahwa keyakinan semacam itu merupakan bentuk kesesatan yang sangat besar. Dalam Surah Maryam, Allah berfirman:

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَـٰنُ وَلَدًا ۝ لَّقَدْ جِئْتُمْ شَيْـًٔا إِدًّا ۝ تَكَادُ السَّمَـٰوَٰتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنشَقُّ ٱلْأَرْضُ وَتَخِرُّ ٱلْجِبَالُ هَدًّا ۝ أَن دَعَوْا لِلرَّحْمَـٰنِ وَلَدًا  وَمَا يَنبَغِى لِلرَّحْمَـٰنِ أَن يَتَّخِذَ وَلَدًا

"Waqālū ittakhaz ar-raḥmān waladan, laqad ji’tum shay’an iddan, takādu as-samāwātu yatafaṭṭarna minhu watansyaqqu al-arḍu watakhirru al-jibālu haddan, an da‘au lil-raḥmān waladan, wamā yanbaghī lil-raḥmān an yattakhidha waladan."

Terjemahan: "Dan mereka berkata, 'Tuhan Yang Maha Pengasih mengambil (mempunyai) anak.' Sungguh, kamu telah membawa sesuatu yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menganggap bahwa Tuhan Yang Maha Pengasih mempunyai anak. Tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pengasih mengambil (mempunyai) anak."
(QS. Maryam: 88-92)

Ayat ini menunjukkan betapa besar kesalahan orang-orang yang menyatakan bahwa Allah memiliki anak. Ucapan ini dianggap sebagai sesuatu yang sangat mengerikan, sampai-sampai langit, bumi, dan gunung-gunung hampir runtuh karena keagungan keesaan Allah dan ketidakmungkinan Dia memiliki anak.

Tauhid sebagai Pondasi Utama Iman
Selain menolak segala bentuk syirik, tauhid juga menuntut keyakinan yang murni bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan mutlak atas segala sesuatu di langit dan bumi. Tidak ada yang bisa menandingi atau menyerupai-Nya dalam hal sifat, perbuatan, atau zat-Nya. Dalam Surah Al-Baqarah, Allah berfirman:

وَإِلَـٰهُكُمْ إِلَـٰهٌۭ وَٰحِدٌۭ ۖ لَّآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحْمَـٰنُ ٱلرَّحِيمُ

"Wa ilāhukum ilāhun wāḥidun, lā ilāha illā huwa ar-raḥmānur-raḥīm."

Terjemahan: "Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah: 163)

Tauhid dalam ayat ini menegaskan bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Dia adalah Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, dan hanya kepada-Nya kita bergantung dan memohon.

Hadits tentang Pentingnya Tauhid
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga mengajarkan pentingnya tauhid dan mengingatkan umatnya agar tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Mu'adz bin Jabal RA, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

حَقُّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

"Haqq Allahi ‘ala al-‘ibaad an ya’buduuhu wa laa yushriku bihi shay’an."

Terjemahan: "Hak Allah atas hamba-hamba-Nya adalah agar mereka menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menegaskan bahwa kewajiban utama manusia adalah beribadah kepada Allah dan menjaga tauhid dengan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun. Penyimpangan dari tauhid merupakan dosa yang tidak akan diampuni jika tidak bertaubat, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰٓ إِثْمًا عَظِيمًا

"Inna Allāha lā yaghfiru an yushraka bih, wayaghfiru mā dūna dzālika liman yasha', waman yushrik billāhi faqadi iftarā itsman ‘azhīman."

Terjemahan: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar."
(QS. An-Nisa: 48)

Tauhid sebagai Penyelamat di Hari Kiamat
Tauhid juga merupakan faktor penentu keselamatan seseorang di akhirat. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits qudsi:

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

"Man māta wa huwa ya'lamu annahu lā ilāha illallāh dakhala al-jannah."

Terjemahan: "Barangsiapa yang meninggal dunia dengan keyakinan bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, maka ia akan masuk surga." (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa tauhid adalah jaminan keselamatan bagi seseorang, asalkan dia memelihara keyakinan ini hingga akhir hayatnya. Tauhid menjadi kunci utama untuk mendapatkan rahmat dan ampunan Allah di akhirat.

Tauhid adalah inti ajaran Islam dan pondasi keimanan yang harus dipegang teguh oleh setiap Muslim. Al-Qur'an dan hadits dengan jelas menolak segala bentuk syirik, termasuk keyakinan bahwa Allah memiliki anak.


(ACF)
TAGs: Syirik